BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara
guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Pengelolaan kelas yang baik akan
melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat
dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Masalah pengelolaan kelas memang
masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain
guna kepentingan belajar belajar anak. Masalah lalin juga yang juga selalu guru
gunakan adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu
pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu terhadap semua anak
didik.
Pengembangan variasi mengajar yang
dilakukan oleh guru pun salah satunya adadlah dengan memanfaatkan variasi
alat bantu, baik dalam hal variasi media pandang, variasi media dengar,
maupun variasi media taktil. Maka dari itu sangat penting sekali teori
pengelolaan kelas itu, terutama sebagai guru yang memang harus selalu
memperhatiakan hal pentig itu.
- Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan
kelas?
2. Apakah tujuan dari pengelolaan kelas?
3. Pendekatan apa saja yang di gunakan
dalam pengelolaan kelas?
- Tujuan
1.
Mengetahui
apa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas
2.
Mengetahui
tujuan dari pengelolaan kelas
3.
Mengetahui
pendekatan apa saja yang di gunakan dalam pengelolaan kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu
tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Peran guru sebagai kelas (Manager
of learning) merupakan peran yagn sangat penting. Bagaimanapun dalam
pengajaran klasikal, efektivitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh
kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas.
Pengelolaan kelas atau keterampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
manakala terjadi hal-hal yang yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana penajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Juga hubungan interpresonal yang baik antara guru dan anak didik dengan anak
didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan yang
efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar
yang efektif.
Sedangkan menurut Sudirman N, dkk.
(1991; 310) dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain,
pengelolaa kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi
oleh Hadari Nawawi (1989;115) dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen
atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas
dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara efesien untuk untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan
kurikulum dan perkembangan murid. Suharsimi Arikunto (1988;67) juga
berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar
dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan. Suharsimi memahami pengelolaan kelas ini dari dua segi, yaitu
pengelolaan yang menyangkut siswa, dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot,
alat pelajaran).Menurutnya membuka jendela agar udara segar dapat masuk kedalam
ruangan atau agar ruangan menjadi terang, menyalakan lampu listrik, menggeser
papan tulis, mengatur meja, merupakan kegiatan pengelolaan kelas fisik[1].
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru
bukan tanpa. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun
terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola
kelas yang baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Itu sama
saja membiarkan jalannya pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu mengantarkan
anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari mengerti menjadi mengerti dan dari
tidak berilmu menjadi berilmu. Tentu tidak perlu diragukan bahwa setiap kali
masuk kelas guru selalu melaksanakan tugasnya mengelola kelas. Pengelolaan
kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa
lingkungan kelas yang baik, Pengelolaan
kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa
lingkungan kelas yang baik, yang
memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian dengan
pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
penyedia fasilitas bagi t-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual , emosional dan
sikap apresiasi pada siswa (Sudirman N, 1991; 311).
Suharsimi Arikunto
(1988; 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak
dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajar
secara efektif dan efesien.
C. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Keharmonisan
hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerjasama di antara anak didik
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja
bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut.
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas juga diartikan juga
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di
sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan
adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Didalamnya
ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui
kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman ini, pengelolaan
kelas juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi
ancaman, misalnya melarang ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebiasaan
Pengelolaan diartikan sebagai proses
untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan
saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin
kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep
Pendekatan ini ini dilakukan dengan
memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang
tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu
anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya
masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa
dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk
mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan
guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Peranan guru dalam pendekatan ini yaitu
untuk mengubah tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior
modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan Psikologi Bihacior
yang mengemukakan asumsi sebagai berikut :
a. Semua tingkah laku yang baik dan kurang
baik merupakan proses dari belajar. Asumsi ini menharuskan wali/guru kelas
berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya
proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik
menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
b. Didalam proses belajar terdapat proses
psikologi yang fundamental berupa penguatan positif (positive re inforcement),
hukuman, penghapusan dan penguatan negatif. Asumsi ini mengharuskan seseorang
wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ngulang program atau kegiatan yang
dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama
dikalangan siswa.
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan
Sosial
Pendekatan
pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam
kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan Psikologi Klinis dan
Konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan
suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang
positif, artinya ada hubungan yang baik yang positif antara guru dengan anak
didik, atau antara anak didik dengan anak didik. Di sini guru adalah kunci
terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, dan peranannya adalah menciptakan
hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi pokok yang
dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut:
a. Iklim sosial dan emosional yang baik
adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru
dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses belajra mengajar yang efektif.
b. Iklim sosial dan emosional yang baik
tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
yang disadari, dengan hubungan manusiawi yang efektif.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu
sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru
adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu
efektif. Proses kelompok adalah usaha guru menglompokan anak didik kedalam
beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta
kelas yang bergairah dalam belajar.
9. Pendekatan Electis atau Pluralistik
Pengelolaan
ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas
dalam memilih berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang
dihadapinya.
D. Prinsi-prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah
gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat
dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai
prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan berikut ini:
1. Hangat dan Antusias
Hangat
dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan
akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan
alat atau media, atau alat bantu, gaya mngajar guru, pola iteraksi antara guru
dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meingkatkan perhatian anak
didik. Apalagi jika penggunaannya bervariasi, sesuai dengan kebutuhan sesaat.
Kevariasian dalam pengelolaa kelas diatas merupakan kunci tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan
seorang guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan
munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang
efektif.
5. Pendekatan pada Hal-hal yang Positif
Penekanan
yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan memberi penguatan yang
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu
jalannya proses belajar mengajar.
6. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan
akhir dari penelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri
sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk
melaksanakan displin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus
disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam
segala hal.
E. Jenis Perilaku yang Mengganggu Proses Pembelajaran
1. Tidak adanya perhatian
Tidak
adanya atau kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sedang
dibahas merupakan perilaku siswa yang dapat menganggu iklim belajar mengjajar,
perilaku tersebut biasanya di tunjukan oleh tindakan-tindakan tertentu, misalnya
mengobrol ketika guru sedang menjelaskan. Prilaku yang ditunjukan oleh siswa
tersebut bersumber dari kurangnya motivasi belajar siswa, yang dapat didorong
oleh :
a) Siswa menganggap tidak penting terhadap
materi pelajaran yang sedang di bahas.
b) Siswa telah memiliki kemampuan dan
pemahaman akan materi pelajaran yang sedang dibahas
c) Siswa merasa bosan atau tidak sesuai
dengan pola mengajar yang diterapkan guru.
d) Siswa memandang guru kurang menguasai
bahan pelajaran yang sedang disajikan
2. Perilaku Mengganggu
Perilaku
ini dilakukan oleh siswa, individu atau kelompok siswa. Perlilaku ini biasanya
di tunjukan oleh gejala-gejala tingkah laku seperti meniru ucapan atau kalimat
guru secara sengaja. Apabila di biarkan, perilaku-perilaku tersebut maka akan
menimbulkan suasana yang tidak menyenangkan.
Perilaku
mengganggu bisa muncul di beberapa faktor, diantaranya:
a) Kondisi psikologi siswa misalnya, siswa
ingin diperhatikan
b) Siswa pernah mengalami perlakuan yang
tidak menyenangkan dari guru, sehingga secara tidak sadar siswa memiliki
perasaan ingin balas dendam.
3. Hal-hal yang Harus Dihindari
Beberapa
hal yang harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas,
adalah;
a) Campur tangan yang berlebihan,
bila guru terlalu mencampuri peserta didik, misalnya memberi interuksi,
pertanyaan, tugas mendadak pada saat peserta didik asyik mengerjakan tugas,
akan menimbulkan kegiatan terganggu dan peserta didik merasa guru terlalu
mencampuri
b) Kesenyapan,
saat guru memberikan intruksi lain kepda peserta didik, kemudian tiba-tiba guru
menghentikan waktu yang lama karena kemungkinan guru lupa, tidak faham atau
tidak menguasai materi sama sekali. Dapat menimbulkan pikiran peserta didik
mengawang-ngawang dan hal ini harus dihindari guru.
c) Ketidaktepatan
dalam memulai dan mengakhiri kegiatan. KBM
yang tidak direncanakan secara matang dapat menimbulkan kekacauan struktur atau
prosedur. Hal ini dapat membingungkan peserta didik.
d) Penyimpangan. Adakalanya
guru memberi contoh atau konotasi pada hal-hal yang tidak ada relevansinya
dengan pelajaran atau guru malah asyik menceritakan pengalaman hidupnya yang
tidak ada kaitannya dengan bahan yang akan disampaikan.
e) Bertele-tele.
Terjadi jika pembicaraan guru bersifat :
1. Mengulang-ulangi hal-hal tertentu
2. Memperpanjang pelajaran atau penjelasan
3. Mengubah teguran menjadi ocehan yang
panjang
Hal
ini merupakan hambatan kemajuan pelajaran atau aktivitas kelas. Siswa pada
umumnya mencatat sebagai hal yang membosankan dan tidak mau terlibat dalam
kegiatan di kelas.
f)
Pengulangan Penjelasan Yang Tidak Perlu Terjadi
Jika. Guru
memberi petunjuk yang berulang-ulang secara tidak perlu membagi kelas dalam
memberikan petunjuk atau secara terpisah memberi petunjuk ke setiap kelompok
yang sebelumnya dapat diberikan secara bersama-sama kepada seluruh kelompok
sekali saja di depan kelas[2].
F.
Teknik Pengelolaan Kelas
- Penciptaan kondisi Belajar yang Optimal
Menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengambil atau inisiatif dalam
mengendalikan kegiatan belajar mengajar agar
ada dalam kondisi yang kondusif sehingga perhatian siswa terpusat pada materi
pelajaran.
- Menunjukan sikap Tanggap
Menunjukan siakap tanggap terhadap berbagai perilaku
yang mucul di dalam kelas baik perilaku yang mendukung sepertian tanggap
terhadap siswa, keantusiasan siswa. Motivasi belajar siswa yang tinggi dan
sebagaianya, maupun tanggap terhdap setiap perilaku yang tidak mendukung
seperti ketidak acuhan, motivasi belajar yang rendah dsb. Tanggapan ini
diarahkan agar kehadiran guru dalam kelas benar-benar dirasakan kesan tanggapan
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara;
a) Memberikan
komentar baik terhadap materi pelajaran kan komentar baik terhadap materi
pelajaran yang akan dipelajari maupun terhadap prilaku siswa. Komentar yang
bersifat positif dan dapat mengubah perhatian siswa yang sangat diperlukan
untuk membangun suasana yang optimal
b) Menjada kontak
mata, artinya setiap guru memperhatikan siswa melalui pandangan secara
terus-menerus. Pandanglah mata siswa satu persatu. Melalu pandangan itulah
siswa akan merasa diperhatikan.
c) Gerak
mendekat, artinya guru perlu memberikan perhatian khusus baik kepada individu
maupun kepada kelompok. Gerak mendekat akan memberi kesan adanya perhatian guru
terhadap aktivitas siswa, sehingga akan terbangun suasana akrab dan bersahabat
antara guru dan siswa. Disamping itu juga untuk mengembalikan kondisi belajar
siswa.
3. Memusatkan
Perhatian
Kondisi belajar mengajar akan dapat dipertahankan
manakala selama proses berlangsung guru dapat mempertahankan konsentrasi
belajar siswa. Teknik yang dapat kita gunakan untuk mempertahankan perhatian
siswa adalah yang memusatkan perhatian seswa secara terus-menerus; pemusatan
perhatian dapat dilakukan dengan ;
a) Meberikan
ilustrasi secara visual
b) Memberikan
komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari
konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.
- Memberikan Ptunjuk dan Tujuan yang jelas
Siswa aka belajar dengan perhatian penuh, manakala
memahami tujuan yang harus dicapai serta mengerti apa yang harus dilakukan.
Sering terjadi kurangnya konsentrasi disebabkan ketidakpahaman terhadap arah
dan sasaran yang akan dicapai.
- Memberi Teguran
Tidak
semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah
atau dihindari dengan baik, sehingga guru harus melakukan teguran secara verbal
atau memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika :
a) Tegas dan jelas tertuju kepada siswa
yang mengganggu
b) Menghindari peringatan yang kasar dan
menyakitkn serta mengandung penghinaan.
c) Menghindari ocehan atau ejekan guru atau
yang berkepanjangan
d) Guru dan siswa lebih baik mengadakan
kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan.
Seperti : “suharto ingat”!
- Memberi
Penguatan
Komponen
ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan
pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara.
a. Guru dapat memberikan penguatan kepada
siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika ia melakukan
tingkhlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tingkah
yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tindakan yang
tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
b. Guru daapat memberikan berbagai komponen
penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain
untuk menjdi teladan.
- Pengendalian
Proses Pembelajaran
Dalam
proses belajar mengajar sering terjadi gangguan yang berkelanjutan misalnya
siswa melakukan prilaku yang dapat mengganggu secara terus-menerus dan
berulang-ulang. Pengendalian fikiran belajar mengajar dimaksudkan sebagai upaya
memperbaiki kondisi belajar mengajar. Apabila guru sudah merasa sulit
menciptakan iklim belajar mengajar yang baik oleh karena adanya
gangguan-gangguan yang sulit dikendalikan, maka guru konselor atau mungkin
kepala sekolah.
Namun,
sebelum pengajran dilakukan dengan melibatkan pihak luar guru dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Guru perlu menganalisis mengapa terjadi
penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa. Melalui pemahaman latar belakang
prilaku siswa guru dapat memodifikasi tingkah laku yang dianggap kurang wajar.
b) Guru dapat menggunakan pendekatan
pemecahan masalah melalui pendekatan kelompok dengan maksud agar setiap
individu dapat bekerja sama dan berkomunikasi dalam kelompoknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah salah satu
tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Peran guru sebagai kelas (Manager
of learning) merupakan peran yagn sangat penting. Bagaimanapun dalam
pengajaran klasikal, efektivitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh
kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas
adalah penyedia fasilitas bagi t-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Djamaraha
Bahri Syaiful & Zain Aswan, 1996, Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mufarokah
Anissatul, 2009, Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: TERAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar