Rabu, 18 April 2012

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar belajar anak. Masalah lalin juga yang juga selalu guru gunakan adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu terhadap semua anak didik.
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru pun salah satunya adadlah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktil. Maka dari itu sangat penting sekali teori pengelolaan kelas itu, terutama sebagai guru yang memang harus selalu memperhatiakan hal pentig itu.    
  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan kelas?
2.      Apakah tujuan dari pengelolaan kelas?
3.      Pendekatan apa saja yang di gunakan dalam pengelolaan kelas?
  1. Tujuan
1.         Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas
2.         Mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas
3.         Mengetahui pendekatan apa saja yang di gunakan dalam pengelolaan kelas

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Peran guru sebagai kelas (Manager of learning) merupakan peran yagn sangat penting. Bagaimanapun dalam pengajaran klasikal, efektivitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas.
Pengelolaan kelas atau keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana penajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpresonal yang baik antara guru dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Sedangkan menurut Sudirman N, dkk. (1991; 310) dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, pengelolaa kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115) dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. Suharsimi Arikunto (1988;67) juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Suharsimi memahami pengelolaan kelas ini dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa, dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).Menurutnya membuka jendela agar udara segar dapat masuk kedalam ruangan atau agar ruangan menjadi terang, menyalakan lampu listrik, menggeser papan tulis, mengatur meja, merupakan kegiatan pengelolaan kelas fisik[1].        
B.     Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas yang baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu mengantarkan anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari mengerti menjadi mengerti dan dari tidak berilmu menjadi berilmu. Tentu tidak perlu diragukan bahwa setiap kali masuk kelas guru selalu melaksanakan tugasnya mengelola kelas. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang  baik, Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang  baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyedia fasilitas bagi t-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual , emosional dan sikap apresiasi pada siswa (Sudirman N, 1991; 311).
Suharsimi Arikunto (1988; 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajar secara efektif dan efesien.
C.    Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
 Keharmonisan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerjasama di antara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut.
1.      Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas juga diartikan juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2.      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman ini, pengelolaan kelas juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang ejekan, sindiran, dan memaksa.  
3.      Pendekatan Kebiasaan
Pengelolaan diartikan sebagai proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan ini ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.   
5.      Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Peranan guru dalam pendekatan ini yaitu untuk mengubah tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan Psikologi Bihacior yang mengemukakan asumsi sebagai berikut :
a.       Semua tingkah laku yang baik dan kurang baik merupakan proses dari belajar. Asumsi ini menharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
b.      Didalam proses belajar terdapat proses psikologi yang fundamental berupa penguatan positif (positive re inforcement), hukuman, penghapusan dan penguatan negatif. Asumsi ini mengharuskan seseorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ngulang program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama dikalangan siswa.
7.      Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan Psikologi Klinis dan Konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya ada hubungan yang baik yang positif antara guru dengan anak didik, atau antara anak didik dengan anak didik. Di sini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut:
a.       Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajra mengajar yang efektif.
b.      Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang disadari, dengan hubungan manusiawi yang efektif.
8.      Pendekatan Proses Kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru menglompokan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.
9.      Pendekatan Electis atau Pluralistik
 Pengelolaan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang dihadapinya.
D.    Prinsi-prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan berikut ini:
1.      Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.      Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.      Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mngajar guru, pola iteraksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meingkatkan perhatian anak didik. Apalagi jika penggunaannya bervariasi, sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian dalam pengelolaa kelas diatas merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4.      Keluwesan
Keluwesan seorang guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.      Pendekatan pada Hal-hal yang Positif
Penekanan yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan memberi penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6.      Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari penelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan displin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.    
E.     Jenis Perilaku yang Mengganggu Proses Pembelajaran  
1.    Tidak adanya perhatian
Tidak adanya atau kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas merupakan perilaku siswa yang dapat menganggu iklim belajar mengjajar, perilaku tersebut biasanya di tunjukan oleh tindakan-tindakan tertentu, misalnya mengobrol ketika guru sedang menjelaskan. Prilaku yang ditunjukan oleh siswa tersebut bersumber dari kurangnya motivasi belajar siswa, yang dapat didorong oleh :
a)      Siswa menganggap tidak penting terhadap materi pelajaran yang sedang di bahas.
b)      Siswa telah memiliki kemampuan dan pemahaman akan materi pelajaran yang sedang dibahas
c)      Siswa merasa bosan atau tidak sesuai dengan pola mengajar yang diterapkan guru.
d)     Siswa memandang guru kurang menguasai bahan pelajaran yang sedang disajikan
2.    Perilaku Mengganggu
Perilaku ini dilakukan oleh siswa, individu atau kelompok siswa. Perlilaku ini biasanya di tunjukan oleh gejala-gejala tingkah laku seperti meniru ucapan atau kalimat guru secara sengaja. Apabila di biarkan, perilaku-perilaku tersebut maka akan menimbulkan suasana yang tidak menyenangkan.
Perilaku mengganggu bisa muncul di beberapa faktor, diantaranya:
a)      Kondisi psikologi siswa misalnya, siswa ingin diperhatikan
b)      Siswa pernah mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari guru, sehingga secara tidak sadar siswa memiliki perasaan ingin balas dendam.
3.    Hal-hal yang Harus Dihindari
Beberapa hal yang harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas, adalah;
a)      Campur tangan yang berlebihan, bila guru terlalu mencampuri peserta didik, misalnya memberi interuksi, pertanyaan, tugas mendadak pada saat peserta didik asyik mengerjakan tugas, akan menimbulkan kegiatan terganggu dan peserta didik merasa guru terlalu mencampuri   
b)      Kesenyapan, saat guru memberikan intruksi lain kepda peserta didik, kemudian tiba-tiba guru menghentikan waktu yang lama karena kemungkinan guru lupa, tidak faham atau tidak menguasai materi sama sekali. Dapat menimbulkan pikiran peserta didik mengawang-ngawang dan hal ini harus dihindari guru.
c)       Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan. KBM yang tidak direncanakan secara matang dapat menimbulkan kekacauan struktur atau prosedur. Hal ini dapat membingungkan peserta didik.
d)     Penyimpangan. Adakalanya guru memberi contoh atau konotasi pada hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan pelajaran atau guru malah asyik menceritakan pengalaman hidupnya yang tidak ada kaitannya dengan bahan yang akan disampaikan.
e)      Bertele-tele. Terjadi jika pembicaraan guru bersifat :
1.    Mengulang-ulangi hal-hal tertentu
2.    Memperpanjang pelajaran atau penjelasan
3.    Mengubah teguran menjadi ocehan yang panjang
Hal ini merupakan hambatan kemajuan pelajaran atau aktivitas kelas. Siswa pada umumnya mencatat sebagai hal yang membosankan dan tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas.
f)       Pengulangan Penjelasan Yang Tidak Perlu Terjadi Jika. Guru memberi petunjuk yang berulang-ulang secara tidak perlu membagi kelas dalam memberikan petunjuk atau secara terpisah memberi petunjuk ke setiap kelompok yang sebelumnya dapat diberikan secara bersama-sama kepada seluruh kelompok sekali saja di depan kelas[2].
F.     Teknik Pengelolaan Kelas
  1. Penciptaan kondisi Belajar yang Optimal
Menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengambil atau inisiatif dalam mengendalikan kegiatan belajar mengajar  agar ada dalam kondisi yang kondusif sehingga perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran.
  1. Menunjukan sikap Tanggap
Menunjukan siakap tanggap terhadap berbagai perilaku yang mucul di dalam kelas baik perilaku yang mendukung sepertian tanggap terhadap siswa, keantusiasan siswa. Motivasi belajar siswa yang tinggi dan sebagaianya, maupun tanggap terhdap setiap perilaku yang tidak mendukung seperti ketidak acuhan, motivasi belajar yang rendah dsb. Tanggapan ini diarahkan agar kehadiran guru dalam kelas benar-benar dirasakan kesan tanggapan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara;
a)      Memberikan komentar baik terhadap materi pelajaran kan komentar baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari maupun terhadap prilaku siswa. Komentar yang bersifat positif dan dapat mengubah perhatian siswa yang sangat diperlukan untuk membangun suasana yang optimal
b)      Menjada kontak mata, artinya setiap guru memperhatikan siswa melalui pandangan secara terus-menerus. Pandanglah mata siswa satu persatu. Melalu pandangan itulah siswa akan merasa diperhatikan.
c)      Gerak mendekat, artinya guru perlu memberikan perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok. Gerak mendekat akan memberi kesan adanya perhatian guru terhadap aktivitas siswa, sehingga akan terbangun suasana akrab dan bersahabat antara guru dan siswa. Disamping itu juga untuk mengembalikan kondisi belajar siswa.
3.      Memusatkan Perhatian
Kondisi belajar mengajar akan dapat dipertahankan manakala selama proses berlangsung guru dapat mempertahankan konsentrasi belajar siswa. Teknik yang dapat kita gunakan untuk mempertahankan perhatian siswa adalah yang memusatkan perhatian seswa secara terus-menerus; pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan ;
a)      Meberikan ilustrasi secara visual
b)      Memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.
  1. Memberikan Ptunjuk dan Tujuan yang jelas
Siswa aka belajar dengan perhatian penuh, manakala memahami tujuan yang harus dicapai serta mengerti apa yang harus dilakukan. Sering terjadi kurangnya konsentrasi disebabkan ketidakpahaman terhadap arah dan sasaran yang akan dicapai.
  1. Memberi Teguran
Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah atau dihindari dengan baik, sehingga guru harus melakukan teguran secara verbal atau memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika :
a)      Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu
b)      Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkn serta mengandung penghinaan.
c)      Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan
d)     Guru dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan. Seperti : “suharto ingat”!
  1. Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara.
a.       Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika ia melakukan tingkhlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
b.      Guru daapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjdi teladan.
  1. Pengendalian Proses Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar sering terjadi gangguan yang berkelanjutan misalnya siswa melakukan prilaku yang dapat mengganggu secara terus-menerus dan berulang-ulang. Pengendalian fikiran belajar mengajar dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki kondisi belajar mengajar. Apabila guru sudah merasa sulit menciptakan iklim belajar mengajar yang baik oleh karena adanya gangguan-gangguan yang sulit dikendalikan, maka guru konselor atau mungkin kepala sekolah.
Namun, sebelum pengajran dilakukan dengan melibatkan pihak luar guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a)      Guru perlu menganalisis mengapa terjadi penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa. Melalui pemahaman latar belakang prilaku siswa guru dapat memodifikasi tingkah laku yang dianggap kurang wajar.
b)      Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah melalui pendekatan kelompok dengan maksud agar setiap individu dapat bekerja sama dan berkomunikasi dalam kelompoknya.   
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Peran guru sebagai kelas (Manager of learning) merupakan peran yagn sangat penting. Bagaimanapun dalam pengajaran klasikal, efektivitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyedia fasilitas bagi t-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
                       

DAFTAR PUSTAKA

Djamaraha Bahri Syaiful & Zain Aswan, 1996, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mufarokah Anissatul, 2009, Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: TERAS




[1] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Stategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1996. Hal. 199
[2] Anisatul Mufarokah, Stategi Belajar Mengajar, Yogyakarta, TERAS, 2009. Hal. 171

Tidak ada komentar:

Posting Komentar