Sabtu, 21 April 2012

EVALUASI BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu.Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru.
Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Tes Essay?
2.    Apa yang dimaksud dengan Tes Obyektif?
C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui Tes Essay
2.    Untuk mengetahui Tes Obyektif 




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tes
Tes adalah pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan test, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen).[1]
B.     Fungsi Tes
Ada 2 macam fungsi yang dimiliki oleh tes yaitu;
1.    Sebagai alat penngukur terhadap peserta didik.
Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka eaktu tertentu.
2.    Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajarn yang telah ditentukan, dan telah dapat dicapai.   
C.    Bentuk Tes
1.                Tes Tertulis
Tes tertulis ialah tes yang soal dan jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis. Kelebihannya adalah dapat mengukur kemampuan murid dalam jumlah yang besar, dalam tempat yang terpisah dan dalam waktu yang sama. Disamping terdapat kelebihan, juga terdapat kelemahan atau kelemahan kekurangan antara lain jika tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas, hal itu dapat mengundang pengertian ganda yang berakibat kesalahan dalam pemasukan data dan dalam mengambil kesimpulan jawaban soal.
Secara umum tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut;
a.    Tes Esay
Tes esay dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes obyektif. Tes esay juga sering disebut tes uraian karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya dengan kata-kata sendiri dan cara tersendiri. Oleh sebab itu, jawaban setiap anak, terutama dalam bentuk, teknik, dan gayanya, berbeda satu sama lain. Tes esay dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu;
(a)                   Tes uraian bentuk bebas
Dalam tes ini, butir soal hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya.
Contonya :
Mengapa bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi?
(b)                  Tes uraian terbatas
Dalam tes ini peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun arah jawaban dibatasi, sehingga kebebasab tersebut menjadi bebas yang terarah.
Contoh :
Apakah perbedaan filsafat dengan ilmu?
ü  Kelebihan Tes Esay
a.       Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapat sendiri.
b.      Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal
c.       Tes ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes obyektif.
d.      Derajat ketetapan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya.
e.       Jawaban diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat sendiri sehingga tes ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahsa yang baik, benar, dan cepat.
f.       Tes ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, dan mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
ü  Kelemahan tes esay
a.       Sukar dinilai secara tepat.
b.      Bahan yang diukur terlalu sedikit sehingga sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
c.       Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
d.      Membutuhkan waktu untuk memeriksa hasilnya.[2]
Contoh Tes Esay:
1.      Jelaskanlah apakah yang disebut prinsip ekonomi!
2.      Apakah yang dimaksud dengan motif ekonomi?
b.    Tes Obyektif
Tes obyektif ialah tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjaab banar maupun mereka yang menjawab salah. Tes obyektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pertanyaan yang belum sempurna. Tes obyektif sangat cocok untuk mengevaluasi kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
1.    Macam-macam Tes Objektif
a)      Tes Salah Benar
Soal ini berbentuk klimat berita atau pertanyaan yang mengandung dua kemungkinan, yang benar atau salah. Siswa diminta untuk menentukan pendapatnya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang menjadi isi dari setiap soal. Bentuk tes ini bermacam-macam variasainya jika dilihat dari segi pola pengerjaannya yaitu:  
ü  Tes benar salah bentuk pernyataan.
ü  Tes benar salah yang menuntut alasan.
ü  Tes benar salah dengan membetulkan.
ü  Tes benar salah berganda
(1)   Kebaikan-kebaikan tes benar salah
ü  Muda dan cepat dalam menilai.
ü  Waktu mengerjakan nya cepat.
ü  Penilaiannya objektif.
ü  Menyusun soal nya lebih mudah disanding dengan tes pilihan berganda.
ü  Mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan pertanyaan nya singkat saja.
(2)   Kelemahannya
ü  Lama menyusun soalnya dibanding dengan tes essay.
ü  Kemungkinan mengira ngira jawaban nya besar.
ü  Menyusun pernyataan (soal) supaya pernyataan itu benar atau hanya salah adalah sulit.
ü  Kurang dapat membedakan murid yang pandai dari murid yang kurang pandai.
ü  Reliabilitas nya rendah
(3)   Petujuk penyusunan:
ü  Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring)
ü  Usahakan agar jumlah butir soal yang harusdijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
ü  Hindarkan item yang masih bias diperdebatkan.
ü  Hindarilah pertanyaan pertanyaan yang persis dengan buku.
ü  Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan member saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.
(4)   Cara mengolah skor:
Rumus untuk mencari skor akhir bentuk benar salah ada 2 macam, yaitu:
ü  Dengan denda
S = R – W
Dengan pengertian:
S = skor yang diperoleh
R = right ( jawaban yang benar )
W = wrong ( jawaban yang salah )
Contoh :
Jumlah soal tes = 20 buah
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untu A adalah:
16 – 4 = 12
Dengan menggunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh skor negative
ü  Tanpa denda
Rumus: S = R
Yang dihitung hanya yang betul
(untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0)
Contoh Bentuk Benar–Salah (true false) :
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada huruf B jika jawabannya benar dan huruf S bila jawabannya salah.
-          B – S : Bapak Sosiologi adalah sebutan untuk Aristoteles.

b)      Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes obyektif bentuk multipe choice item sering dikenal dengan istilah tes obyektif pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesikannya haus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal bersangkutan.
Contoh :
Pilihlah salah satu jawaban yang benar!
1.      Yang termasuk produksi ekstraktif adalah….
a.       Perkebunan
b.      Transportasi
c.       Perikanan laut
d.      Perikanan darat
e.       Peternakan
Seperti terdapat pada contoh diatas, maka tes Multiple Choice item terdiri dari dua bagian, yaitu:
(a)    Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan.
(b)   Option atau alternative, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee. Dan terdiri dari dua bagian, yaitu :
üSatu jawaban betul, yang bisa disebut kunci jawaban.
üBeberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkirsar antara dua sampai lima buah.
c)      Test Menjodohkan
Tes bentuk ini sebenarnya merupakan bentuk khusus dari tes pilihan berganda/ berjumlah. Isi yang membedakan keduanya adalah bahwa dalam bentuk menjodohkan tidak hanya ada satu masalah jawaban. Secara nyata dalam tes bentuk ini disediakan dua kelompok bahan, dan siswa harus mencari bahan, dan siswa harus mencari pasangan/ jodoh-jodoh yang sesuai antara bahan yang terdapat pada kelompok pertama dan pada kelompok kedua.
Dengan demikian tes menjodohkan terdiri atas satu seri pertanyaan/ persoalan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan/ persoalan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Dalam tes ini siswa diminta untuk mencari dan menempatkan jawaban untuk setiap pertanyaan/ persoalan sehingga cocok/ sesuai dengan pertanyaan (sebagai suatu pasangan).
Pertanyaan tidak harus berupa kalimat lengkap tetapi bisa hanya berupa statement/ pernyataan singkat dan bahkan bisa hanya berupa satu kata/ konsep daja, demikian juga jawabannya.
1.      Kebaikan tes menjodohkan
a.       Baik untuk mengukur proses mental yang rendah (knowledge).
b.      Kemungkinan untuk mengukur proses mental yang tinggi tetap ada tetapi sulit sekali.
c.       Obyektif
d.      Mudah disusun.
e.       Contoh untuk menyusun informasi-informasi yang berbentuk fakta dari suatu pengertian, hubungan antar pengertian atau konsep-konsep.
2.    Kelemahan tes menjodohkan
Kelemahan dari soal tes bentuk ini adalah sukar unutk mengukur proses mental yang tinggi, dan siswa cenderung untuk membuat tafsiran-tafsiran.
3.      Petunjuk penyusunan
a.       Seri pertanyaan-peertanyaan dalam matching test (menjodohkan) hendaknya tidak lebih dari sepuluh item. Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan duia seri.
b.      Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (lebih kurang 1 ½ kali), yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
c.       Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
Cara menghitung skor: dihitung S = B
Artinya skor terakhir dihitung jawaban yang benar saja.
Contoh Bentuk Menjodohkan (matching)
Petunjuk : Di bawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang terdapat pada daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Anda harus mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang anda pilih itu di depan pasangannya masing-masing.
Daftar A
Daftar B
1.    ……Shalat sunah yang dilaksanakan pada tiap bulan Ramadhan
2.    …….halat sunnah yang dilakukan sewaktu memasuki masjid.
A. Tahiyatul Mesjid
B. Tarawih 

d)     Tes Obyektfi Bentuk Fill In
Tes obyektif bentuk fill in (=bentuk isian) ini biasanya cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu beberapa  di antaranya dikosongkan (tidak dinyatakan), sedangkan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.
Contoh :
Isilah titik-titik berikut ini dengan jawaban yang tepat!
Jika kita makan terlebih dahulu membaca…..(1), dan jika kita makan pasti menggunakan tempatnya yaitu…..(2), setelah makan kita perlu……(3), agar tidak tersedak.
1.      Kebaikan Tes Obyektif Fill In
ü Dengan menggunakan tes obyektif bentuk fill in maka masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteks.
ü Cara menyusunnya mudah
2.      Kelemahan Tes Obyektif Fill In
ü  Tes Obyektif bentuk Fill In cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja.
ü  Terbuka peluang untuk testee untuk bermain tebak terka.[3] 


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tes adalah pengukuran kepada peserta didik dengan berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk.
Dan dalam pelaksanaannya bentuk dari tes ini sungguh beragam dan yang kami tulis adalah bentuk tes Essay dan tes Obyektif. Tes Essay adalah berupa pertanyaan yang diajukan kepada testee tetapi testee dapat menjawab dengan eksplorasi jawaban yang ada dalam pikiran mereka tanpa terpaku pada satu konsep materi ajaran. Sedangkan Tes Obyektif adalah Tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjaab banar maupun mereka yang menjawab salah.



DAFTAR PUSTAKA

Sudiono Anas, 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta;PT. Raja Grafindo
Sutikno, Sobri. 2005. Pembelajaran Efektif. NTB. PT. Katalog Dalam Terbitan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima






















[1] Sudiono Anas, 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta;PT. Raja Grafindo; hlm. 66
[2] Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
[3] Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar