Jumat, 08 Juni 2012

Evaluasi Belajar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu.Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru.
Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Tes Essay?
2.    Apa yang dimaksud dengan Tes Obyektif?
C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui Tes Essay
2.    Untuk mengetahui Tes Obyektif

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tes
Tes adalah pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan test, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen).[1]
B.     Fungsi Tes
Ada 2 macam fungsi yang dimiliki oleh tes yaitu;
1.    Sebagai alat penngukur terhadap peserta didik.
Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka eaktu tertentu.
2.    Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajarn yang telah ditentukan, dan telah dapat dicapai.   

Psikologi Perkembangan Bayi dan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dalam wujud yang paling sempurna, Karena manusia dikaruniai dengan akal pikiran dan hawa nafsu, berbeda halnya dengan binatang yang hanya dikaruniai hawa nafsu. Manusia sebagai individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses perkembangan kehidupan manusia melalui beberapa tahapan. Umumnya, manusia akan selalu berubah mengikuti proses perkembangan di sekitar kehidupannya, mulai dari sejak masa pranatal, masa bayi, balita, lalu tumbuh menjadi remaja, dewasa, dan kemudian meninggal. Tahap perkembangan yang akan kami bahas dalam hal ini adalah perkembangan masa bayi dan anak, yaitu dimana tahap kedua setela melalui masa pranatal yaitu masa orok.
Kami akan mencoba merumuskan masalah-masalah apa saja yang muncul dalam kajian yang akan dibahas  dalam makalah ini. Agar pembahasan lebih terfokus pada permasalahan, maka kami mencoba membatasi pokok permasalahan yang muncul pada pembahasan makalah kami adalah sebagai beruikut : Apa yang dimaksud dengan perkembangan bayi dan anak? Bagaimana tahap-tahap perkembangan masa bayi dan anak?  
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu memahami perkembangan masa bayi dan anak. Disamping itu juga kami mengajukan makalah ini guna memenuhi tugas terstruktur dalam perkulian di semester 4 (empat) pada Mata Kuliah Psikologi Perkembangan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Mengenal Perkembangan Bayi
Perkembangan bayi mencakup kemampuan perseptual, motorik (gerakan tubuh), kognitif, dan keterampilan sosial. Pertumbuhan dan perkembangan setiap bayi tentu tidak selalu seragam. Maka tidak perlu kaku dalam menilai kemajuan perkembangan bayi. Standar yang dibakukan sebagai tahapan perkembangan merupakan bahasa statistik. Mayoritas bayi normal sudah mencapai tahapan perkembangannya sejalan dengan umurnya.
Jangan cepat cemas dulu apabila perkembangan bayi kita tidak persis sesuai standar baku sepanjang masih dalam batas-batas normal. Apabila terjadi kelambanan perkembangan yang ekstrem, perlu mendapat perhatian setiap orangtua.
Bayi anda berkembang sepanjang waktu, dari hari ke hari, bulan demi bulan, semuanya berkembang dengan menabjubkan. Tidak ada patokan khusus untuk mengukur tumbuh kembangnya, akan tetapi dapat kita lihat petunjuk secara umum dari beberapa bayi, walaupun masing-masing bayi perkembangannya berbeda satu dengan yang lain[1].
Berikut perkembangannya:
1.      Usia lahir hingga 1 bulan (0-1 Bulan)
·       Mata belum bisa fokus, tapi sudah belajar mengenali wajah dalam jarak dekat
·       Dapat menirukan anda dalam hal menjulurkan lidah atau membuka mulut
·       Secara insting akan menuju kearah susu anda dan membuka mulutnya
·       Memejamkan mata atau berkedip saat ada cahaya yang kuat dan akan menutup matanya bila terlalu banyak rangsangan cahaya yang masuk
·       Dalam periode 24 jam tidur 16 hingga 17 jam
·       Biasanya membutuhkan perawatan setiap 2 jam, tidak terlepas dari susu ibu atau susu formula dalam jangka waktu 3 atau 4 jam
·       Menangis berarti membutuhkan sesuatu (makanan, ganti popok, ketenangan atau belaian)

Hubungan Remaja Dengan Orang Tua


BAB I
PENDAHULUAN

Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
            Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
            Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan alran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.
            Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka  dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.
            Dalam pengantar diatas dapat saya tarik rumusan masalahnya antara lain; apa saja yang menjadi permasalahan dalam perkembanagan remaja itu? Dan bagaimana hubungan antara perkembangan remaja dengan orangtua?  Dan bertujuan untuk mengetahui pemasalahan yang terjadi pada remaja, serta mengetahui hubungan perkembangan remaja dan orangtua.
BAB II
PERKEMBANGAN REMAJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ORANGTUA

A.    Perkembangan Remaja
1.      Perkembangan Potensial
Kelompok remaja dapat dikenali dari potensinya yang dahsyat. Pada umumnya remaja tidak mengenal rasa takut bahkan cenderung nekad sehingga banyak aktivitas mereka yang menyentuh bahaya atau bersinggungan dengan bahaya, misalnya, memanjat tebing, mendaki gunung, olahraga balap, tinju, menjelajah gua, atau bertualang ke hutan belantara. Mereka mendirikan kelompok-kelompok atau perkumpulan-perkumpulan (gangs) untuk mengaktualisasikan identitas kelompok mereka. Jika aspirasi mereka tersumbat atau mendapatkan rintangan, mereka mengajukan protes atau melakukan perlawanan dengan hebat tanpa memperhitungkan risiko yang akan ditimbulkan akibat tindakan mereka yang tanpa perhitungan.
2.      Perkembangan Emosional
Masa remaja selalu berhubungan dengan berbagai pergolakan emosional yang belum stabil. Ada keyakinan diri, kegelisahan, iri hati, malu, harga diri, dan emosi lainnya yang dulu muncul sewaktu kanak-kanak, sekarang menjadi bagian penting dari kehidupan mereka. Emosi sosial yang sudah muncul ketika berusia enam tahun sangat penting dalam menunjang pergaulan mereka dengan teman-teman sebayanya. Emosi remaja juga dapat dikenali dari berkembangnya perasaan atau emosi baru seperti romantisme, cemburu, cinta, sedih, atau perasaan kesepian.
3.      Perkembangan Psikososial
Ketika anak-anak memasuki masa remaja, terjadi perubahan karena pertumbuhan fisik mereka yang berkembang sangat pesat. Pada masa ini, dorongan seksual muncul dengan kuat dan wajah mereka mulai mengarah kepada bentuk dewasa. Perubahan fisiologis ini diikuti pula oleh perubahan psikologis, yakni berkembangnya mental mereka.
4.      Perkembangan Intelektualitas
Beberapa remaja sudah terlihat kehebatan intelektualitas mereka dalam berbagai bidang pemikiran dan perasaan sehingga mampu melahirkan karya-karya bermutu dalam bidang seni, sains, dan teknologi. Menurut Jean Piaget, kelompok remaja berada pada tahap operasional formal, dan merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognisi. Perkembangan yang sehat dan normal membuat mereka mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan berbagai alternatif dan memahami berbagai masalah yang kompleks dan rumit. Fokus mereka adalah: kemampuan berpikir secara abstrak dan berpikir secara hipotetis.
5.      Perkembangan Moral
Menurut Lawrance E. Kohlberg, remaja dapat dikenali dari moral mereka yang berorientasi kepada membangun dan membina hubungan saling menguntungkan (mutual interpersonal relationship). Bagi mereka moralitas yang baik adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain, misalnya, berguna bagi saudara, teman-teman, masyarakat, melaksanakan peraturan, menjaga ketertiban, dan seterusnya.
6.      Perkembangan Psikoseksual
Menurut pengamatan Freud, pada usia remaja perkembangan psikoseksual mereka berada pada tahapan genitalia. Fokusnya adalah ketertarikan terhadap lawan jenis dan energi seksual diarahkan terhadap organ genital. Dorongan seksual yang besar menyebabkan remaja mencari pemuasannya. Berdasarkan psikoanalisa Freud, fase genital berlangsung sejak masa pubertas sampai meninggal dunia. Fase genital sangat dipengaruhi oleh fase pragenital. Artinya,jika tahapan sebelumnya berhasil dilewati dengan baik, tahapan genital akan berlangsung dengan baik, tetapi jika fase tahapan pragenital mengalami masalah, tahapan genital juga akan bermasalah.[1]

B.     Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
1.    memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
2.    memperoleh peranan social
3.    menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
4.    memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5.    mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
6.    memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
7.    mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
8.    membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup[2]
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
Tugas perkembangan ada dalam setiap tahap kehidupan. Tidak hanya untuk remaja namun dari kanak-kanak hingga dewasa lanjut.Setiap tahap kehidupan memang telah memiliki tugas perkembangannya masing-masing. Tugas perkembangan remaja perlu diketahui para remaja agar dapat dijadikan acuan bagi masa berikutnya yaitu masa dewasa dan perlu diketahui pula oleh para orangtua dan guru agar dapat membimbing putra-putri/murid-muridnya untuk dapat melewati masa-masa “penuh badai” tersebut dengan baik .